LAPORAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
PENYULUHAN
TENTANG KANKER SERVIKS
DI
SMA NEGERI 1 CIAWI
DISUSUN
OLEH:
DWI
YANA RETNO WATI
ISMA
RESA AMALANI
NOPI
MARDIANTI
RIZKA
NOVITA DEVI
YAYANG
DIANA YUSUF
AKADEMI
KEBIDANAN BOGOR HUSADA
Jl.
K.H Soleh Iskandar No.4 Bogor
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Pengabdian Masyarakat
1. Judul
Pengabdian : Penyuluhan Kanker
Serviks
2. Ketua
Pelaksana : Ns. Delpi Prima Apik,
S.Kep
NIDN : 0406108401
Anggota : 5 Anggota
3. Bentuk
Kegiatan : Pendidikan kepada
Masyarakat
4. Sifat
Kegiatan : Penunjang
5. Biaya
Sumber
Biaya : AKBID BOGOR HUSADA
Besar
Biaya :
Bogor, Mei 2015
Pelaksana
Ns. Delpi Prima Apik,
S.Kep
NIDN
: 0406108401
Mengetahui,
Direktur
AKBID Bogor Husada
Romaulina
Sipayung, M.Keb
NIDN
:0321117803
Kata Pengantar
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat Allahi Rabbi atas selesainya penyuluhan
kesehatan tentang kanker serviks di SMA Negeri 1 Ciawi. Berbagai upaya
dilakukan untuk mencegah penyakit pada kaum wanita. Salah satunya adalah dengan
memberikan edukasi pada siswi SMA dengan harapan perempuan mampu memahami dan
dapat mencegah kanker serviks.
Pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih atas segala kepercayaan yang
diberikan dengan mengikutsertakan kami sebagai penyuluh pada kegiatan tersebut
juga bagi semua pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini.
Bogor, Mei 2015
Ns. Delpi Prima Apik, S.Kep
NIDN : 0406108401
I. PENDAHULUAN
Penyakit
kanker leher rahim (serviks) dewasa ini telah menjadi hal yang paling
menakutkan bagi para wanita karena kanker leher rahim (serviks) merupakan
1% dari semua tumor ganas pada wanita dan merupakan 66 % dari semua tumor ganas
alat kelamin wanita. Faktor resiko epidemiologik penyumbang terjadinya
dan berkembangnya kanker leher rahim (serviks) adalah infeksi virus papiloma
manusia atau Human Virus Papilloma (HVP). Akibat yang ditimbulkan penyakit
ini diantaranya berupa penurunan harapan hidup, lamanya penderitaan, dan
tingginya biaya pengobatan (Dr. Bambang Dwipoyono SpOG dari divisi Kanker Ginekologik
RS Kanker Dharmais Jakarta,2008).
Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini
sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan
Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks
baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. (Emilia, 2010).
Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di
Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker
serviks yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum
yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya,
keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan
ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. (Rasjidi, 2007).
Di Indonesia, diperkirakan 15.000 kasus baru
kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedang angka kematiannya di perkirakan
7500 kasus per tahun (Emilia, 2010). Menurut data Yayasan Kanker Indonesia
(YKI), penyakit ini telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia dan
terdapat lebih 15.000 kasus kanker serviks baru, yang kurang lebih merenggut
8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya (Diananda, 2009).
Pada
tahun 2004 jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit di Indonesia
mencapai 6.511 dengan proporsi pasien kanker serviks yang rawat jalan adalah
16,47% dan rawat inap adalah 10,9%, selain itu lebih dari 70% kasus kanker
serviks datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut (Depkes RI, 2005).
Kanker
leher rahim (serviks) dalam bahasa latin disebut Carcinoma Cervicis
Uteri, adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak
antara Rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker
serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area
bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010).
Seringnya terjadi keterlambatan dalam
pengobatan mengakibatkan banyaknya penderita kanker serviks meninggal dunia, padahal
kanker serviks dapat diobati jika belum mencapai stadium lanjut, tentunya
dengan mengetahui terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak dengan
menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara lain metode Pap Smear, IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi,
vikografi, papnet (komputerisasi) (Nugroho, 2010).
II. TINJAUAN TEORI
Definisi
Kanker
leher rahim (serviks) dalam bahasa latin disebut Carcinoma Cervicis
Uteri, adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak
antara Rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker
serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area
bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010).
Kanker
leher Rahim (Kanker Serviks) adalah
tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim / serviks (bagian terendah dari rahim) yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan
10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lender pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Penyebab
Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus
HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang lama.
Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan
terjadinya kanker servik.
Faktor Resiko
Ada
beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
antara lain adalah:
Ø
Usia > 35 tahun
Menurut
Diananda (2007) usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker
leher rahim. Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko
terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia
lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu
pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh
akibat usia.
Ø
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia
dini
Hubungan
seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran
kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau belum. Kematangan
juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam
rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20
tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia
remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan
dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa
pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga
tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa
sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker.
Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan
adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat
menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas
20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.
Ø
Wanita sering berganti-ganti pasangan.
Perilaku
seksual berupa berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit
kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV)
telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks. Risiko terkena
kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual
6 orang atau lebih. Disamping itu, virus herpes simplek tipe-2 dapat menjadi
factor pendamping.
Ø
Wanita yang merokok
Wanita
perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada
wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok.
Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan
ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel
tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru
maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin
yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.
Ø
Riwayat
kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara
kandung atau ibu yang mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan
2-3 kali lebih besar untuk juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan
orang normal. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya
kemampuan untuk melawan infeksi HPV.
Ø Paritas (jumlah kelahiran)
Semakin tinggi risiko pada wanita
dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari
berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak
anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher
rahim. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada
seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari
luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai
penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
Ø
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu
lama
Penggunaan
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher rahim
merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan.
Ø
Defisiensi zat gizi
Ada
beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat
meningkatkan resiko terjadinya dysplasia ringan dan sedang, serta mungkin juga
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya
rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
Tanda dan Gejala
Menurut
Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai
dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah
yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan.
Menurut
Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker
serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea)
merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna
merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala lebih
lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal
dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
Adapun
gejala lain yang mengarah pada terinfeksinya virus HPV adalah sebagai berikut:
Ø
Keputihan patogonis
Keputihan
(flour albus) yaitu keluarnya cairan selain darah dari kewanitaan dalam jumlah
banyak. Meskipun tidak semua keputihan berbahaya akan tetapi jika mengalami
keputihan dengan ciri-ciri berikut: keluarnya cairan dalam jumlah banyak,
cairan berubah menjadi kental, berbau tidak sedap, berwarna tidak normal
(kekuning-kuningan, kehijauan, kecoklatan), timbul rasa panas dan gatal pada
area kewanitaan.
Ø
Timbul rasa sakit dan perdarahan saat
berhubungan seksual.
Bering
berganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual beresiko tinggi
mengakibatkan kanker serviks. Ketika berhubungan intim sering sakit dan mengeluarkan
darah disebabkan adanya infeksi pada leher rahim.
Ø
Nyeri buang air kecil
Kantung
kemih yang terinfeksi virus akan mengakibatkan penderita mengalami rasa sakit
buang air kecil ini merupakan gejala kanker serviks memasuki stadium lanjut.
Ø
Penurunan nafsu makan
Penurunan
nafsu makan menyebabkan imunitas menurun sehingga rawan terjadi stress, cemas
berlebih, dan mengganggu energy.
Ø
Bengkak pada kaki
Tungkai
kaki bagian bengkak karena bendungan pada pembuluh darah balik kaki (paha,
betis dan sebagainya).
Skrining
a.
Tes
IVA
Definisi
Tes
visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan
iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami dysplasia
sebagai salah satu metode skrining kanker serviks.
Indikasi
Skrining
kanker serviks.
Kontaindikasi
Tidak
direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona transisional
seringkali terletaak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan
inspekulo.
Interpretasi
Klasifikasi IVA
|
Temuan Klinis
|
Hasil
Tes-Positif
|
Plak putih yang
tebal biasanya dekat SSK
|
Hasil
Tes-Negatif
|
Permukaan polos
dan halus, berwarna merah jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi,
Nabothian cysts.
|
Kanker
|
Massa mirip
kembang kol ataubisul.
|
Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat
dan menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004) :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia
muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan
beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan
terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
2. Wanita
usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan
pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk
mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak
sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan
untuk melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan
seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap
berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali
setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan
terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi Hybrid
Capture II System (HCII).
3. Pilih
kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat
memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4. Memperbanyak
makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah kanker
mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi
sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau
vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial
juga kanker serviks. Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua
dan kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut
rahim.
5. Pada
pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18
yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara
meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel
serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga
bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang
menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru
efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang
belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu
tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga
75%.
Tatalaksana
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila
mana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan
perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan
pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker
leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia,
keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat
rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah
yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi
(pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan
sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP
(loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi (Wiknjosastro, 1997).
1. Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada
lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan
bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil
lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu
terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang
langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan
dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti
memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan
yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah
satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan
umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien
juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung,
ginjal dan hepar.
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks
serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium
II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan
dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan
kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya
atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap
mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti
rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif
hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah
keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang
diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk
mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal
yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat
di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu
zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat
di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan
kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi (Gale & Charette,
2000).
3. Kemoterapi
Kemoterapi
adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau
intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan
yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam
hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh,
ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan
untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin
sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan
sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi
secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan
agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat
yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem
ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain (Prayetni, 1997).
III TUJUAN KEGIATAN
3.1
Tujuan Umum
Melaksanakan Program Kegiatan
Pengabdain kepada Masyarakat Akademi Kebidanan Bogor
Husada tahun ajaran 2014/2015
3.2
Tujuan Khusus
1. Mendukung program peningkatan
kesehatan masyarakat dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada siswi SMA, tentang kanker serviks.
2. Mendorong dosen dan mahasiswa
untuk peduli dengan lingkungan sekitar dan mendorong
dosen dan mahasiswa untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dengan menerapkan ilmu yang telah diperoleh dikampus.
IV. MANFAAT KEGIATAN
1. Bertambahnya
pengetahuan kesehatan masyarakat dalam hal ini siswi SMA tentang bahaya kanker
serviks.
2. Memberikan
wadah kepada dosen dan mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmunya di masyarakat.
3. Membengun
kemitraan anatara Akademi Kebidanan Bogor Husada dengan masyarakat.
V. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN
Tema :
Kanker Serviks
Waktu :
Lokasi :
SMA Negeri 1 Ciawi
Sasaran :
Siswi SMA
Metode :
Ceramah (materi terlampir)
VI. SUSUNAN KEPANITIAAN
Dewan Pelondung : 1. Ketua Yayasan AKBID Bogor Husada
(Drs. Slamet Mulyono, M.Kes)
2. Direktur AKBID Bogor Husada
(Romaulina Sipayung, M.Keb)
Dewan Penasehat :
Ketua
Pelaksana :
Sekretaris :
Bendahara :
Anggota
Pelaksana :
Dwiyana
Retno Wati
Isma Resa
Amalani
Nopi
Mardianti
Rizka Novita
Devi
Yayang Diana
Yusuf
VII. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan yang telah
dilakukan mendapat respon positif dari siswi SMA yang hadir. Peserta cukup
antusian saat penyukuhan dan banyak yang bertanya mengenai topic yang
dibicarakan. Pada akhir pemberi materi menanyakan kembali materi yang telah
diberikan di akhir sesi penyuluhan dan pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
Sebelum pemberian materi, peserta diberikan leaflet.
Saran bagi institusi, kegiatan
penyluhan perlu dilakukan dengan berbagai metode dan tema yang bervariasi.
Paningkatan partisipasi dari kepala sekolah, dan siswi yang ditempatkan disana
sangatdibutuhkan. Institusi pendidikan adalah untuk menjaga kesinambungan
program peningkatan pengetahuan siswi dengan melakukan kegiatan lanjutan dan
menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
VIII. PENUTUP
Demikian laporan kegiatan pengabdian
masyarakat ini, besar harapan kami kegiatan yang telah dilakukan dapat
bermanfaat khususnya bagi siswi SMA Negeri 1 Ciawi umumnya bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Semoga kerjasama yang telah terbina
dapat berlanjut di masa yang akan datag. Amin.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pemberi
Materi : Kelompok
NIM :
Materi
Pokok : Kanker Serviks
Sub
Pokok Bahasan : 1. Pengertian Kanker
Serviks
2. penyebab kanker serviks
3. faktor resiko kanker serviks
4. skrining kanker serviks
5. pencegahan kanker serviks
6.tatalaksana kanker serviks
Hari/Tanggal :
Waktu
:
Peserta /Sasaran : Siswi SMA
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti proses penyuluhan
ini peserta mampu menjelaskan kanker serviks
II. Tujuan Instruksional Khusus
(TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan ini
peserta mampu :
1. Menyebutkanpengertian
kanker serviks
2. Menyebutkan
penyebab kanker serviks
3. Menyebutkan
faktor resiko kanker serviks
4. Menyebutkan
skrining kanker serviks
5. Menyebutkan
pencegahan kanker serviks
6. Menyebutkan
tatalaksana kanker serviks
III. Langkah Kegiatan
No.
|
URAIAN KEHIATAN
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU
|
1.
|
Pendahuluan
1.
Pemberi materi memberikan salam
2.
Pemberi materi memberikan apersepsi tentang materi yang akan disampaikan
3.
Pemberi materi menjelaskan tujuan penyuluhan
|
Cermah
Tanya
Jawab
|
Leaflet
Poster
Blooket
|
10
Menit
|
2.
|
Penyajian materi
1.
Menjelaskan pengertian kanker serviks
2. Menjelaskan penyebab kanker serviks
3.
Menjelaskan faktor resiko kanker serviks
4.
Menjelaskan skrining kanker serviks
5.
Menjelaskan pencegahan kanker serviks
6.
Menjelaskan tatalaksana kanker serviks
|
Cermah
Tanya
Jawab
|
Leaflet
Poster
Blooket
|
40
Menit
|
3.
|
Penutup
1.
Melakukan evaluai secara lisan melalui pertanyaan
2.
Menyimpulkan materi bersama-sama dengan peserta
3.
Menutup penyuluhan dengan salam
|
Cermah
Tanya
Jawab
|
Leaflet
Poster
Blooket
|
10
Menit
|
IV. Evaluasi
Butir Soal
1.
2.
3.
V. Daftar Pustaka
Setiati,
Eni. 2012. Kenali Penanganan Tumor dan
Kanker pada Wanita. Yogyakarta. Pustaka Rama.
Diananda,
Rama. 2008. Mengenal Seluk Beluk Kanker.
Jogjakarta. Katahati.
Amalia,
Lena. 2009. Kanker Serviks & 32 Jenis
Kanker Lainnya. Jogjakarta. Landscape.
httprepository.usu.ac.idbitstream123456789215574Chapter%20II.pdf
LAMPIRAN
MATERI
KANKER SERVIKS
Pengertian Kanker Serviks
Kanker leher rahim (serviks) dalam
bahasa latin disebut Carcinoma Cervicis Uteri, adalah kanker yang terjadi
pada uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk kearah rahim yang terletak antara Rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina). Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada
serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan
rahim dengan vagina. (Emilia, 2010).
Kanker
leher Rahim (Kanker Serviks) adalah
tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim / serviks (bagian terendah dari rahim) yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan
10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lender pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Penyebab
Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus
HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang lama.
Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan
terjadinya kanker servik.
Faktor Resiko
Ada
beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
antara lain adalah:
Ø
Usia > 35 tahun
Ø
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia
dini
Ø
Wanita sering berganti-ganti pasangan.
Ø
Wanita yang merokok
Ø
Riwayat
kanker serviks pada keluarga
Ø Paritas (jumlah kelahiran)
Ø
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu
lama
Ø
Defisiensi zat gizi
Tanda dan Gejala
Menurut
Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai
dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah
yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan.
Adapun
gejala lain yang mengarah pada terinfeksinya virus HPV adalah sebagai berikut:
Ø
Keputihan patogonis
Ø
Timbul rasa sakit dan perdarahan saat
berhubungan seksual.
Ø
Nyeri buang air kecil
Ø
Penurunan nafsu makan
Ø
Bengkak pada kaki
Skrining
b.
Tes
IVA
Klasifikasi IVA
|
Temuan Klinis
|
Hasil
Tes-Positif
|
Plak putih yang
tebal biasanya dekat SSK
|
Hasil
Tes-Negatif
|
Permukaan polos
dan halus, berwarna merah jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi,
Nabothian cysts.
|
Kanker
|
Massa mirip
kembang kol ataubisul.
|
Pencegahan
Ø Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia
muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan beresiko
tinggi terkena infeksi.
Ø Pemeriksaan Pap smear
Ø Pilih
kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat
memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
Ø Memperbanyak
makan sayur dan buah segar.
Ø Vaksin
pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18
Tatalaksana
Ø Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada
lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan
bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi.
Ø Terapi penyinaran (radioterapi)
Ø Kemoterapi
BERITA
ACARA PENGABDIAN MASYARAKAT
AKADEMI
KEBIDANAN BOGOR HUSADA
T.A
2014 – 2015
Hari
/ Tanggal :………..……………………………………………………………..
Bentuk
Kegiatan :
………………………………………………………………………
Jenis
Kegiatan : ……………………………………………………………………….
Tema :
……………………………………………………………………….
Tempat :
……………………………………………………………………….
Jumlah
Peserta :
……………………………………………………………………….
Catatan : ……………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………
_________
, _____ _____ ______
Pelaksana
Kegiatan
( )
Mengetahui,
Fasilator Lapangan Direktur
AKBID Bogor Husada
( ) ( )
ABSEBSI PESERTA
PENGABDIAN MASYARAKAT
Hari/Tanggal : ________________________________________________
Bentuk Kegiatan :
________________________________________________
Tempat :
________________________________________________
No.
|
Nama Peserta
|
Tanda Tangan
|
Keterangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|