Sabtu, 31 Maret 2018

SAP PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIKS DI SMA NEGERI 1 CIAWI



LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIKS
DI SMA NEGERI 1 CIAWI



DISUSUN OLEH:
DWI YANA RETNO WATI
ISMA RESA AMALANI
NOPI MARDIANTI
RIZKA NOVITA DEVI
YAYANG DIANA YUSUF


AKADEMI KEBIDANAN BOGOR HUSADA
Jl. K.H Soleh Iskandar No.4 Bogor
2015





HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pengabdian Masyarakat

1.     Judul Pengabdian       : Penyuluhan Kanker Serviks
2.     Ketua Pelaksana         : Ns. Delpi Prima Apik, S.Kep
NIDN                          : 0406108401
Anggota                      : 5 Anggota
3.     Bentuk Kegiatan         : Pendidikan kepada Masyarakat
4.     Sifat Kegiatan             : Penunjang
5.     Biaya
Sumber Biaya             : AKBID BOGOR HUSADA
Besar Biaya                :

Bogor, Mei 2015
Pelaksana

Ns. Delpi Prima Apik, S.Kep
NIDN : 0406108401

Mengetahui,
Direktur AKBID Bogor Husada

Romaulina Sipayung, M.Keb
NIDN :0321117803




Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allahi Rabbi atas selesainya penyuluhan kesehatan tentang kanker serviks di SMA Negeri 1 Ciawi. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyakit pada kaum wanita. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi pada siswi SMA dengan harapan perempuan mampu memahami dan dapat mencegah kanker serviks.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih atas segala kepercayaan yang diberikan dengan mengikutsertakan kami sebagai penyuluh pada kegiatan tersebut juga bagi semua pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini.

Bogor, Mei 2015

Ns. Delpi Prima Apik, S.Kep
NIDN : 0406108401




I. PENDAHULUAN

Penyakit kanker leher rahim (serviks) dewasa ini telah menjadi hal yang paling menakutkan bagi para wanita karena kanker leher rahim (serviks) merupakan 1% dari semua tumor ganas pada wanita dan merupakan 66 % dari semua tumor ganas alat kelamin wanita. Faktor resiko epidemiologik penyumbang terjadinya dan berkembangnya kanker leher rahim (serviks) adalah infeksi virus papiloma manusia atau Human Virus Papilloma (HVP). Akibat yang ditimbulkan penyakit ini diantaranya berupa penurunan harapan hidup, lamanya penderitaan, dan tingginya biaya pengobatan (Dr. Bambang Dwipoyono SpOG dari divisi Kanker Ginekologik RS Kanker Dharmais Jakarta,2008).
 Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. (Emilia, 2010). Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. (Rasjidi, 2007).
 Di Indonesia, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedang angka kematiannya di perkirakan 7500 kasus per tahun (Emilia, 2010). Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit ini telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia dan terdapat lebih 15.000 kasus kanker serviks baru, yang kurang lebih merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya (Diananda, 2009).
Pada tahun 2004 jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit di Indonesia mencapai 6.511 dengan proporsi pasien kanker serviks yang rawat jalan adalah 16,47% dan rawat inap adalah 10,9%, selain itu lebih dari 70% kasus kanker serviks datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut (Depkes RI, 2005).
Kanker leher rahim (serviks) dalam bahasa latin disebut Carcinoma Cervicis Uteri, adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara Rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010).
Seringnya terjadi keterlambatan dalam pengobatan mengakibatkan banyaknya penderita kanker serviks meninggal dunia, padahal kanker serviks dapat diobati jika belum mencapai stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak dengan menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara lain metode Pap Smear, IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi, vikografi, papnet (komputerisasi) (Nugroho, 2010).

II. TINJAUAN TEORI
Definisi
Kanker leher rahim (serviks) dalam bahasa latin disebut Carcinoma Cervicis Uteri, adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara Rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010).
Kanker leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim / serviks (bagian terendah dari rahim) yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lender pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

Penyebab
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker servik.

Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain adalah:
Ø  Usia > 35 tahun
Menurut Diananda (2007) usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
Ø  Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.
Ø  Wanita sering berganti-ganti pasangan.
Perilaku seksual berupa berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Disamping itu, virus herpes simplek tipe-2 dapat menjadi factor pendamping.

Ø  Wanita yang merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.
Ø  Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV.
Ø  Paritas (jumlah kelahiran)
Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
Ø  Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama
Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher rahim merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan.
Ø  Defisiensi zat gizi
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya dysplasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
Tanda dan Gejala
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
Adapun gejala lain yang mengarah pada terinfeksinya virus HPV adalah sebagai berikut:
Ø  Keputihan patogonis
Keputihan (flour albus) yaitu keluarnya cairan selain darah dari kewanitaan dalam jumlah banyak. Meskipun tidak semua keputihan berbahaya akan tetapi jika mengalami keputihan dengan ciri-ciri berikut: keluarnya cairan dalam jumlah banyak, cairan berubah menjadi kental, berbau tidak sedap, berwarna tidak normal (kekuning-kuningan, kehijauan, kecoklatan), timbul rasa panas dan gatal pada area kewanitaan.
Ø  Timbul rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan seksual.
Bering berganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual beresiko tinggi mengakibatkan kanker serviks. Ketika berhubungan intim sering sakit dan mengeluarkan darah disebabkan adanya infeksi pada leher rahim.
Ø  Nyeri buang air kecil
Kantung kemih yang terinfeksi virus akan mengakibatkan penderita mengalami rasa sakit buang air kecil ini merupakan gejala kanker serviks memasuki stadium lanjut.
Ø  Penurunan nafsu makan
Penurunan nafsu makan menyebabkan imunitas menurun sehingga rawan terjadi stress, cemas berlebih, dan mengganggu energy.
Ø  Bengkak pada kaki
Tungkai kaki bagian bengkak karena bendungan pada pembuluh darah balik kaki (paha, betis dan sebagainya).

Skrining
a.     Tes IVA
Definisi
Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks.
Indikasi
Skrining kanker serviks.
Kontaindikasi
Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona transisional seringkali terletaak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo.
Interpretasi
Klasifikasi IVA
Temuan Klinis
Hasil Tes-Positif
Plak putih yang tebal biasanya dekat SSK
Hasil Tes-Negatif
Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi, Nabothian cysts.
Kanker
Massa mirip kembang kol ataubisul.

Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004) :
1.     Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
2.     Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi Hybrid Capture II System (HCII).
3.     Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4.     Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim.
5.     Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.

Tatalaksana
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi (Wiknjosastro, 1997).
1.     Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.
2.     Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi (Gale & Charette, 2000).
3.     Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain (Prayetni, 1997).



III TUJUAN KEGIATAN
3.1 Tujuan Umum
            Melaksanakan Program Kegiatan Pengabdain kepada Masyarakat Akademi Kebidanan       Bogor Husada tahun ajaran 2014/2015
3.2 Tujuan Khusus
            1. Mendukung program peningkatan kesehatan masyarakat dengan memberikan            pendidikan kesehatan kepada siswi SMA, tentang kanker serviks.
            2. Mendorong dosen dan mahasiswa untuk peduli dengan lingkungan sekitar dan            mendorong dosen dan mahasiswa untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dengan menerapkan ilmu yang telah diperoleh dikampus.

IV. MANFAAT KEGIATAN
1.     Bertambahnya pengetahuan kesehatan masyarakat dalam hal ini siswi SMA tentang bahaya kanker serviks.
2.     Memberikan wadah kepada dosen dan mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmunya di masyarakat.
3.     Membengun kemitraan anatara Akademi Kebidanan Bogor Husada dengan masyarakat.

V. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN
     Tema          : Kanker Serviks
     Waktu        :
     Lokasi        : SMA Negeri 1 Ciawi
     Sasaran      : Siswi SMA
     Metode       : Ceramah (materi terlampir)

VI. SUSUNAN KEPANITIAAN
     Dewan Pelondung : 1. Ketua Yayasan AKBID Bogor Husada
                                         (Drs. Slamet Mulyono, M.Kes)
                                      2. Direktur AKBID Bogor Husada
                                         (Romaulina Sipayung, M.Keb)
    Dewan Penasehat    :
Ketua Pelaksana         :
Sekretaris                    :
Bendahara                   :
Anggota Pelaksana     :
                                    Dwiyana Retno Wati
                                    Isma Resa Amalani
                                    Nopi Mardianti
                                    Rizka Novita Devi
                                    Yayang Diana Yusuf

VII. KESIMPULAN
            Kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan mendapat respon positif dari siswi SMA yang hadir. Peserta cukup antusian saat penyukuhan dan banyak yang bertanya mengenai topic yang dibicarakan. Pada akhir pemberi materi menanyakan kembali materi yang telah diberikan di akhir sesi penyuluhan dan pertanyaan dapat dijawab dengan benar. Sebelum pemberian materi, peserta diberikan leaflet.
            Saran bagi institusi, kegiatan penyluhan perlu dilakukan dengan berbagai metode dan tema yang bervariasi. Paningkatan partisipasi dari kepala sekolah, dan siswi yang ditempatkan disana sangatdibutuhkan. Institusi pendidikan adalah untuk menjaga kesinambungan program peningkatan pengetahuan siswi dengan melakukan kegiatan lanjutan dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

VIII. PENUTUP
            Demikian laporan kegiatan pengabdian masyarakat ini, besar harapan kami kegiatan yang telah dilakukan dapat bermanfaat khususnya bagi siswi SMA Negeri 1 Ciawi umumnya bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Semoga kerjasama yang telah terbina dapat berlanjut di masa yang akan datag. Amin.
           



SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pemberi Materi          : Kelompok
NIM                            :
Materi Pokok              : Kanker Serviks
Sub Pokok Bahasan    : 1. Pengertian Kanker Serviks
                          2. penyebab kanker serviks
  3. faktor resiko kanker serviks
                          4. skrining kanker serviks
  5. pencegahan kanker serviks
  6.tatalaksana kanker serviks
Hari/Tanggal              :
Waktu                                     :
Peserta            /Sasaran          : Siswi SMA

                                                                                                                                                           

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
            Setelah mengikuti proses penyuluhan ini peserta mampu menjelaskan kanker serviks
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
            Setelah mengikuti penyuluhan ini peserta mampu :
1.     Menyebutkanpengertian kanker serviks
2.     Menyebutkan penyebab kanker serviks
3.     Menyebutkan faktor resiko kanker serviks
4.     Menyebutkan skrining kanker serviks
5.     Menyebutkan pencegahan kanker serviks
6.     Menyebutkan tatalaksana kanker serviks



III. Langkah Kegiatan
No.
URAIAN KEHIATAN
METODE
MEDIA
WAKTU
1.
Pendahuluan
1. Pemberi materi memberikan salam
2. Pemberi materi memberikan apersepsi tentang materi yang akan disampaikan
3. Pemberi materi menjelaskan tujuan penyuluhan
Cermah
Tanya Jawab
Leaflet
Poster
Blooket
10 Menit
2.
Penyajian materi
1. Menjelaskan pengertian kanker serviks
2.  Menjelaskan penyebab kanker serviks
3. Menjelaskan faktor resiko kanker serviks
4. Menjelaskan skrining kanker serviks
5. Menjelaskan pencegahan kanker serviks
6. Menjelaskan tatalaksana kanker serviks
Cermah
Tanya Jawab
Leaflet
Poster
Blooket
40 Menit
3.
Penutup
1. Melakukan evaluai secara lisan melalui pertanyaan
2. Menyimpulkan materi bersama-sama dengan peserta
3. Menutup penyuluhan dengan salam
Cermah
Tanya Jawab
Leaflet
Poster
Blooket
10 Menit

IV. Evaluasi
Butir Soal
1.
2.
3.


V. Daftar Pustaka
Setiati, Eni. 2012. Kenali Penanganan Tumor dan Kanker pada Wanita. Yogyakarta. Pustaka           Rama.
Diananda, Rama. 2008. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta. Katahati.
Amalia, Lena. 2009. Kanker Serviks & 32 Jenis Kanker Lainnya. Jogjakarta. Landscape.
httprepository.usu.ac.idbitstream123456789215574Chapter%20II.pdf





LAMPIRAN MATERI

KANKER SERVIKS

Pengertian Kanker Serviks
Kanker leher rahim (serviks) dalam bahasa latin disebut Carcinoma Cervicis Uteri, adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara Rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010).
Kanker leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim / serviks (bagian terendah dari rahim) yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lender pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Penyebab
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker servik.
Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain adalah:
Ø  Usia > 35 tahun
Ø  Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
Ø  Wanita sering berganti-ganti pasangan.
Ø  Wanita yang merokok
Ø  Riwayat kanker serviks pada keluarga
Ø  Paritas (jumlah kelahiran)
Ø  Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama
Ø  Defisiensi zat gizi
Tanda dan Gejala
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Adapun gejala lain yang mengarah pada terinfeksinya virus HPV adalah sebagai berikut:
Ø  Keputihan patogonis
Ø  Timbul rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan seksual.
Ø  Nyeri buang air kecil
Ø  Penurunan nafsu makan
Ø  Bengkak pada kaki
Skrining
b.     Tes IVA
Klasifikasi IVA
Temuan Klinis
Hasil Tes-Positif
Plak putih yang tebal biasanya dekat SSK
Hasil Tes-Negatif
Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi, Nabothian cysts.
Kanker
Massa mirip kembang kol ataubisul.

Pencegahan
Ø  Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi.
Ø  Pemeriksaan Pap smear
Ø  Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
Ø  Memperbanyak makan sayur dan buah segar.
Ø  Vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18



Tatalaksana
Ø  Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
Ø  Terapi penyinaran (radioterapi)
Ø  Kemoterapi



BERITA ACARA PENGABDIAN MASYARAKAT
AKADEMI KEBIDANAN BOGOR HUSADA
T.A 2014 – 2015

Hari / Tanggal            :………..……………………………………………………………..
Bentuk Kegiatan        : ………………………………………………………………………
Jenis Kegiatan           : ……………………………………………………………………….
Tema                          : ……………………………………………………………………….
Tempat                       : ……………………………………………………………………….
Jumlah Peserta          : ……………………………………………………………………….
Catatan                      : ……………………………………………………………………….
                                    …………………………………………………………………………

                                                                                                _________ , _____ _____ ______

                                                                                                            Pelaksana Kegiatan


                                                                                                      (                                            )

Mengetahui,
Fasilator Lapangan                                                     Direktur AKBID Bogor Husada


(                                                 )                                             (                                                    )



ABSEBSI PESERTA PENGABDIAN MASYARAKAT

Hari/Tanggal              : ________________________________________________
Bentuk Kegiatan        : ________________________________________________
Tempat                       : ________________________________________________

No.
Nama Peserta
Tanda Tangan
Keterangan






























































































LATIHAN SOAL KASUS ASKEB KEGAWATDARURATAN NEONATAL

LATIAN SOAL KASUS ASKEB GADAR KELOMPOK 1 (INDUKSI PERSALINAN) 1.       Ny. A umur 24 tahun hamil 39  minggu dating ke rumah sakit sud...