MEMBERI ASUHAN PADA
NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN DAN PENATALAKSANAANYA
(Hischprung, Obstruksi
Billiaris dan Omfalokel)
Mata Kuliah :
Askeb Neonatus, BBL Dan Anak Pra sekolah
Dosen Pengampu :
Astrina Ester, SST, M.Kes
Disusun Oleh Kelompok 3
(Kelas II B)
Nonik Pratiwi
013060
Nopi Mardianti 013061
Nuril Amalia Ismiati 013063
Puput Novitasari 013064
Rigeni Monica Ferly 013065
Rika Dwi Wahyuni 013066
Riska Hernawati 013067
Rizka Novita Devi 013068
AKADEMI KEBIDANAN BOGOR
HUSADA
Jalan KH Sholeh
Iskandar No. 04 (Jalan Baru) Bogor
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi hamba Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan mata kuliah Askeb Neonatus, BBL, dan Anak Pra
Sekolah dengan judul “Memberi Asuhan Pada Neonatus Dengan Kelainan Bawaan dan
Penatalaksanaanya” Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah ini di program studi di Akademi Kebidanan Bogor Husada Plus.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Astrina Ester, SST,
M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah ini dan kepada segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Bogor,
April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………….………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan
Masalah…………….…………….……………….…………...................... 1
1.3 Tujuan Penulisan..………...………………….…………………………..…………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hischprung …………...………………………….…………........
……...………….....2
2.2 Obstruksi Billiaris……….……………….
……………………………………………3
2.3 Omfalokel……….………………………………………….…………………………..10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….…….10
3.2 Saran ……………………………………………………………………………….…..10
DAFTAR PUSTAKA…………………………….……………………………………......11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelainan
kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju maupun negara
berkembang.1 Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis
kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara
bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadangkadang suatu kelainan
kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi
baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan
kemajuan teknologi kedokteran, kadang-kadang suatu kelainan kongenital telah
diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar
pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital
ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan
kongenital kecil, kemungkinan ditemukannya kelainan kongenital besar di tempat
lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital
kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud
dengan Hischprung?
1.2.2
Bagaimana cara
penatalaksanaan Hischprung?
1.2.3
Apa yang dimaksud
dengan Obstruksi Biliaris?
1.2.4
Seperti apa cara
penatalaksanaan Obstruksi Biliaris?
1.2.5
Apa yang dimaksud
dengan Omfalokel?
1.2.6
Seperti apa tanda dan
gejala Omfalokel?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui
pengertian dari Hischprung.
1.3.2
Untuk mengetahui
penatalaksanaan Hischprung.
1.3.3
Untuk mengetahui
pengertian dari Obstruksi Biliaris.
1.3.4
Untuk mengetahui
penatalaksanaan Obstruksi Biliaris.
1.3.5
Untuk mengetahui maksud
dari Omfalokel.
1.3.6
Untuk mengetahui apa
saja tanda dan gejala dari Omfalokel.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Bayi Baru
lahir Normal
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi
baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir
adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia
gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut
M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 –
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat.
2.2 Kelainan Kongenital Pada
Neonatus, Bayi, dan Balita
Kelainan kongenital merupakan
kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali
sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah
kelahiran. Kelainan kongenital dapat
merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera
setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering
diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan
merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir
rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi
berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping
pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium untuk menegakkan diagnosa
kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula adanya diagnosis
pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu
misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin
2.2. Hirschprung
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah
suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang
terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus
besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga
menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.
·
penyebab
Dalam keadaan normal, bahan makanan
yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis
dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan
peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf
yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit
Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa
sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat
mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit
Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini
kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down.
·
Tanda dan gejala
1.
segera setelah lahir, bayi
tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)
2.
tidak dapat buang air besar
dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
3.
perut menggembung
4.
Muntah
5.
diare encer (pada bayi baru lahir)
6.
berat badan tidak bertambah, mungkin
terjadi retardasi pertumbuhan
7.
malabsorbsi.
·
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan colok dubur
(memasukkan jari tangan ke dalam anus) menunjukkan adanya pengenduran pada otot
rektum.
·
Pengobatan
Pengobatan
dengan diberikan obat-obat yang bersifat simptomatis atau definitif. Pada
keadaan gawat darurat, mungkin juga diperlukan koreksi cairan dan keseimbangan
elektrolit.Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera
dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding
perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang
terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak
berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau
enterokolitis, diberikan antibiotik.
2.3. Obstruksi Biliaris
Obstruksi biliaris, yaitu timbunan kristal di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu. kelainan bawaan ini dimana
terjadi penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan dalam feses (sebagai sterkobilin )Pada
bayi lahir tidak terjadi obstruksi biliaris, melainkan ikterus, karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
Ikterus adalah keadaan teknis dimana ditemukannya
warna kuning pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh pigmen empedu.
Pada bayi baru lahir sering disebabkan inkompabilitas
faktor Rh atau golongan darah ABO antara ibu dan bayi atau karena defisiensi
GGPO pada bayi.
·
ETIOLOGI
Obstruksi
biliaris ini disebabkan oleh :
1.
Batu empedu
2.
Karsinoma duktus biliaris
3.
Karsinoma kaput pankreas
4.
Radang duktus biliaris komunis
5.
Ligasi yang tidak disengaja
pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
6.
Kista dari saluran empedu
7.
Limfe node diperbesar dalam
porta hepatis
8.
Tumor yang menyebar ke sistem
empedu (Zieve David,2009)
·
PATOFISIOLOGI
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan
pada dinding empedu misalnya ada tomor atau penyempitan karena trauma. Batu
empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam
lumen saluran. Pankreasitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau
anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan
saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung
jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab
gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obtruksi empedu yang tidak jelas.
Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit.
Selain itu, mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen. (Judarwanto,2009Penyebab
obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak
dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) di dalam
feses. (Ngastiyah,2005).
·
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyakit yang
ditimbulkan, meliputi :
Penyakit
duktus biliaris intrahepatik :
1.
Atresia biliaris
Merupakan suatu kondisi
kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara
normal.
2.
Sirosis biliaris primer
·
Secara histologis kerusakan duktus
tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat dan sering timbul granuloma.
·
Kolangitis sklerosing
·
Obat-obatan long-acting lebih
menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan dengan obat-obatan short-acting.
(Sarjadi,2000)
·
Obstruksi biliaris akut
·
Obtruksi biliaris akut duktus
biliaris umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara klinis akan menimbulkan
nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus
biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat
berlanjut menjadi abses hepar.
·
Obstruksi biliaris yang berulang
akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar.
Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder. (Sarjadi,2000)
·
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Pemeriksaan darah (terdapat
peningkatan bilirubin)Pemeriksaan darah dilakukan dengan pemeriksaan fungsi
hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu
dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT,SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor
pembekuan darah.
2.
Rontgen perut (tampak hati
membesar)
3.
Kolangiogram atau
kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan memasukkan cairan
tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu.
Breath Test Dilakukan untuk
mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat.
4.
USG Menggunakan gelombang suara
untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu.
5.
Imaging Radionuklida (radioisotop)
6.
Skrening hati Penggambaran
radionuklida yang menggunakan subtansi radioaktif yang diikat oleh sel-sel
hati.
7.
KoleskintigrafiMengetahui peradangan
akut dari kandung kemih
8.
CT Scan Pemeriksaan ini bisa
menemukan kelainan yang difus (tersebar) seperti kelemahan hati dan jaringan
hati yang menebal secara abnormal.
9.
Kolangiopankreatografi
10. Endoskopik
Retrogra
11. Foto
rontgen sederhana Menunjukkan batu empedu yang berkapuR
12. Pemeriksaan
biopsi hati
13. Laparotomi
14. Kolangiografi
operatif
15. Kolangiografi
Transhepatik Perkutaneus
16. MRI
·
Pencegahan
Mengetahui faktor resiko yang
dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran
empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S,
Fogel EL, 2008)
Dalam hal ini bidan dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko
terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan fisik
yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap
(pekat). (Sarjadi.2000)
·
Komplikasi
a.
Demam
b.
Nafsu makan berkurang
c.
Sulit buang air besar
·
Penatalaksanaan
a.
Medis Penatalaksanaan medisnya
dengan tindakan operasi. (Ngastiyah,2005)
b.
Asuhan kebidanan Mempertahankan
kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta
menghindarkan kontak infeksi).
Memberikan
penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayi berbeda dengan bayi
lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa yang hanya dapat dengan terapi
sinar atau terapi lain. (Ngastiyah,2005)
2.3. Omfalokel
Omphalokel
pada dasarnya sama dengan gastroschisis. Omphalocele adalah defek (kecacatan)
pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi
dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum
parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus
massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).
Omphalocele
adalah suatu keadaan dimana dinding perut mengandung struktur muskulo
aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran jaringan mirip tendon
yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan otot yang satu
dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot tersebut.
Dibagian belakang, struktur ini
melekat pada tulang belakang.
· Disebelah atas, melekat pada iga.
· Di bagian bawah melekat pada tulang
panggul.
Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu
dari luar ke dalam lapisan kulit yang terdiri dari kutis dan sub cutis, lemak
sub cutan dan fasia superfisialis (Fasia scarpa). Kemudian ketiga otot dinding
perut, m. oblikus abdominis externus, m. oblikus abdominis internus, m.
tranfersus abdominis dan akhirnya lapis preperitoneum. Peritoneum, yaitu fasia
tranversalis, lemak peritoneal dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah
terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fasianya yang di garis
tengah dipisahkan oleh linea alba (Harnawatiaj, 2008).
Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut
bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis
(dr. Irawan Eko, Spesialis Bedah RSU Kardinah, 2008). Omphalocele berarti muara
tali pusat dan dinding perut tidak menyatu sehingga usus keluar (dr.
Christoffel SpOG (K) RSUPM, 2008). Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam
kandungan. Karena gangguan fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot-otot
perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, organ pencernaan seperti
usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis gastroschisis
terjadi seperti omphalocele. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada
tempatnya.(,2008 ,dr Redmal Sitorus).
B. Epidemiologi / Insidens
Di Amerika Serikat, omphalokel yang kecil terjadi
dengan rasio 1 kasus dalam 5.000 kelahiran. Omphalokel yang besar terjadi
dengan rasio 1 kasus dalam 10.000 kelahiran. Perbandingan laki-laki dengan
perempuan adalah 1:1. Menurut catatan Dinas Kesehatan Bangka Belitung, dalam
kurun waktu tiga bulan belakangan ini, setidaknya ada enam kasus kelahiran
dengan usus terburai. Padahal, selama ini catatan medis memperlihatkan, angka
kejadian kelainan dinding perut adalah sekali dalam tiap 200.000 kelahiran.
Perempuan umur 40 tahun atau lebih cenderung melahirkan bayi dengan omphalokel.
Angka kematian kelainan ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat
pecah dan terjadi infeksi.
C. Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari
omphalocele belum diketahui. Beberapa teori telah dipostulatkan, seperti :
1. Kegagalan
kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan
mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the
body stalk selama gestasi 12 minggu.
2.Faktor
resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan
seperti :
·Infeksi dan penyakit pada ibu
·Penggunaan obat-obatan berbahaya,
merokok,
·Kelainan
genetic
·Defesiensi asam folat
·Hipoksia
·Salisil dapat menyebabkan defek
pada dinding abdomen.
·Asupan gizi yang tak seimbang
·Unsur polutan logam berat dan
radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.
D. Tanda dan Gejala
Terdapatnya usus dan organ perut
lainnya yang menonjol keluar dinding perut di sekitar umbilicus. Lubang yang
terbentuk bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika
lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol tetapi jika lubangnya besar,
hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
E. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani R,
2001, patofisiologi dari omphalokel adalah:
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan
yang terjadi dalam dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi
pada isi usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping
kanan). Ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan
tidak tertutup oleh kantong.
2.Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen
yang dianggap sebagai anomaly.
3.Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite
dalam pembentukan dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap
terbuka.
4.Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang
terbentuk normal.
5.Usus sebagian besar berkembang di luar rongga
abdomen janin. Akibatnya, usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan
iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek.
Rongga abdomen janin sempit.
6.Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga
abdomen berhubungan dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas
dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi,
kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis,
aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan
ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
7. EmbriogenesisPada janin usia 5 – 6 minggu isi
abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi
pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke
rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal
umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari
lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong
tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari
titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa
dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang
berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru
lahir.Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya
kantong.
2.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa
Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada dinding abdomen dapat
dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida
yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3.Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan
kelainan genetik dengan memperlihatkan marker structural dari kelainan
kariotipik. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung.
Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis.
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di
garis tengah pada bayi yang baru lahir.
G. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama
kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek dan protein.
H. Komplikasi
Komplikasi dini merupakan infeksi
pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. Kelainan
kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis
I. Penatalaksanaan
a. Medis
Tindakan yang dapat dilakukan ialah
dengan melindungi kantong omfalokel dengan cairan anti septik misalnya betadin
dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Setelah itu segera
melaksanakan persiapan untuk merujuk ke Rumah Sakit untuk segera dilakukan
pembedahan menutup omfalokel agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi
perut.
b. Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan yang
dapat dilakukan jika menjumpai pasien anak/ bayi yang mengalami omfalokel, adalah
merujuk. Kerena jika mengalami keterlambatan dalam merujuk maka akan mengalami
cedera pada usus dan infeksi perut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah
suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang
terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus
besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga
menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu
sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan.
Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya
berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis.
Omfalokel adalah penonjolan dari
usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh
peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi
pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum
yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Hernia Diafragmatika merupakan
penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada
diafragma.
B.
Saran
Pemeriksaan pada masa kehamilan itu
sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi pada janin yang masih
dalam rahim dan juga ketika saat lahir nanti,teutama penyakit yang mungkin di
derita bayi pada saat lahir.
1.
OBSTRUKSI BILIARIS
a. Bidan dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya
obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan fisik yang
memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).
b. Bidan segera melakukan rujukan
cepat untuk menghindari komplikasi.
2.
OMFALOKEL
a. Bidan mengarahkan pada orang tua
untuk memenuhi nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin
B komplek dan protein.
b. Untuk pertolongan pertama
melindungi kantong omfalokel dengan cairan anti septik misalnya betadin dan
menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar, lalu rujuk.
DAFTAR
PUSTAKA
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu
Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu
Kesehatan Anak 3. Jakarta: Infomedika.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan
Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar