Sabtu, 31 Maret 2018

MAKALAH MEMBERI ASUHAN PADA NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN DAN PENATALAKSANAANYA


MEMBERI ASUHAN PADA NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN DAN PENATALAKSANAANYA
(Hischprung, Obstruksi Billiaris dan Omfalokel)
Mata Kuliah               : Askeb Neonatus, BBL Dan Anak Pra sekolah
Dosen Pengampu       : Astrina Ester, SST, M.Kes





Disusun Oleh Kelompok 3 (Kelas II B)
Nonik Pratiwi             013060
Nopi Mardianti                       013061
Nuril Amalia Ismiati              013063
Puput Novitasari                    013064
Rigeni Monica Ferly             013065
Rika Dwi Wahyuni                 013066
Riska Hernawati                    013067
Rizka Novita Devi                 013068

AKADEMI KEBIDANAN BOGOR HUSADA
Jalan KH Sholeh Iskandar No. 04 (Jalan Baru) Bogor


KATA PENGANTAR
           
Segala puji bagi hamba Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan mata  kuliah Askeb Neonatus, BBL, dan Anak Pra Sekolah dengan judul “Memberi Asuhan Pada Neonatus Dengan Kelainan Bawaan dan Penatalaksanaanya” Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
            Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah ini di program studi di Akademi Kebidanan Bogor Husada Plus. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Astrina Ester, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah ini dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
            Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


                                                                                                Bogor, April 2015

     Penulis







DAFTAR ISI


KATAPENGANTAR……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………….………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang………………………………………………………………………..
1.2  Rumusan Masalah…………….…………….……………….…………...................... 1
1.3 Tujuan Penulisan..………...………………….…………………………..…………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hischprung …………...………………………….…………........ ……...………….....2
2.2 Obstruksi Billiaris……….………………. ……………………………………………3
2.3 Omfalokel……….………………………………………….…………………………..10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….…….10
3.2 Saran ……………………………………………………………………………….…..10
DAFTAR PUSTAKA…………………………….……………………………………......11








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju maupun negara berkembang.1 Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadangkadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kemajuan teknologi kedokteran, kadang-kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1              Apa yang dimaksud dengan Hischprung?
1.2.2              Bagaimana cara penatalaksanaan Hischprung?
1.2.3              Apa yang dimaksud dengan Obstruksi Biliaris?
1.2.4              Seperti apa cara penatalaksanaan Obstruksi Biliaris?
1.2.5              Apa yang dimaksud dengan Omfalokel?
1.2.6              Seperti apa tanda dan gejala Omfalokel?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1              Untuk mengetahui pengertian dari Hischprung.
1.3.2              Untuk mengetahui penatalaksanaan Hischprung.
1.3.3              Untuk mengetahui pengertian dari Obstruksi Biliaris.
1.3.4              Untuk mengetahui penatalaksanaan Obstruksi Biliaris.
1.3.5              Untuk mengetahui maksud dari Omfalokel.
1.3.6              Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari Omfalokel.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Bayi Baru lahir Normal
 Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
 Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
            Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

2.2 Kelainan Kongenital Pada Neonatus, Bayi, dan Balita
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah  bayi lahir dikenal pula adanya diagnosis pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin





2.2. Hirschprung
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.
·       penyebab
Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down.
·       Tanda dan gejala
1.      segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)
2.      tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
3.      perut menggembung
4.     Muntah
5.     diare encer (pada bayi baru lahir)
6.     berat badan tidak bertambah, mungkin terjadi retardasi pertumbuhan
7.      malabsorbsi.
·       Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan colok dubur (memasukkan jari tangan ke dalam anus) menunjukkan adanya pengenduran pada otot rektum.
·       Pengobatan
Pengobatan dengan diberikan obat-obat yang bersifat simptomatis atau definitif. Pada keadaan gawat darurat, mungkin juga diperlukan koreksi cairan dan keseimbangan elektrolit.Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.

2.3.  Obstruksi Biliaris
Obstruksi biliaris, yaitu timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. kelainan bawaan ini dimana terjadi penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan dalam feses (sebagai sterkobilin )Pada bayi lahir tidak terjadi obstruksi biliaris, melainkan ikterus, karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
Ikterus adalah keadaan teknis dimana ditemukannya warna kuning pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh pigmen empedu.
Pada bayi baru lahir sering disebabkan inkompabilitas faktor Rh atau golongan darah ABO antara ibu dan bayi atau karena defisiensi GGPO pada bayi.
·       ETIOLOGI
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :
1.     Batu empedu
2.      Karsinoma duktus biliaris
3.     Karsinoma kaput pankreas
4.      Radang duktus biliaris komunis
5.      Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
6.      Kista dari saluran empedu
7.      Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
8.      Tumor yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009)

      
·       PATOFISIOLOGI
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding empedu misalnya ada tomor atau penyempitan karena trauma. Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreasitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obtruksi empedu yang tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Selain itu, mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen. (Judarwanto,2009Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) di dalam feses. (Ngastiyah,2005).
·       KLASIFIKASI
Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan, meliputi :
Penyakit duktus biliaris intrahepatik :
1.      Atresia biliaris
 Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
2.        Sirosis biliaris primer
·       Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat dan sering timbul granuloma.
·       Kolangitis sklerosing
·       Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan dengan obat-obatan short-acting. (Sarjadi,2000)
·       Obstruksi biliaris akut
·       Obtruksi biliaris akut duktus biliaris umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat berlanjut menjadi abses hepar.
·       Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder. (Sarjadi,2000)
·       Pemeriksaan Laboratorium
1.     Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan bilirubin)Pemeriksaan darah dilakukan dengan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT,SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor pembekuan darah.
2.      Rontgen perut (tampak hati membesar)
3.      Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu.
 Breath Test Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat.
4.     USG Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu.
5.     Imaging Radionuklida (radioisotop)
6.     Skrening hati Penggambaran radionuklida yang menggunakan subtansi radioaktif yang diikat oleh sel-sel hati.
7.     KoleskintigrafiMengetahui peradangan akut dari kandung kemih
8.      CT Scan Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar) seperti kelemahan hati dan jaringan hati yang menebal secara abnormal.
9.     Kolangiopankreatografi
10.  Endoskopik Retrogra
11.   Foto rontgen sederhana Menunjukkan batu empedu yang berkapuR
12.   Pemeriksaan biopsi hati
13.  Laparotomi
14.   Kolangiografi operatif
15.   Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
16.   MRI



·       Pencegahan
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008)
Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi.2000)
·       Komplikasi
a.       Demam
b.      Nafsu makan berkurang
c.       Sulit buang air besar
·       Penatalaksanaan
a.      Medis Penatalaksanaan medisnya dengan tindakan operasi. (Ngastiyah,2005)
b.     Asuhan kebidanan Mempertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi).
Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayi berbeda dengan bayi lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa yang hanya dapat dengan terapi sinar atau terapi lain. (Ngastiyah,2005)

2.3.    Omfalokel
Omphalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis. Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).  
Omphalocele adalah suatu keadaan dimana dinding perut mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot tersebut.
Dibagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang.
·                 Disebelah atas, melekat pada iga.
·                 Di bagian bawah melekat pada tulang panggul.
Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam lapisan kulit yang terdiri dari kutis dan sub cutis, lemak sub cutan dan fasia superfisialis (Fasia scarpa). Kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus abdominis externus, m. oblikus abdominis internus, m. tranfersus abdominis dan akhirnya lapis preperitoneum. Peritoneum, yaitu fasia tranversalis, lemak peritoneal dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba (Harnawatiaj, 2008).
Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis (dr. Irawan Eko, Spesialis Bedah RSU Kardinah, 2008). Omphalocele berarti muara tali pusat dan dinding perut tidak menyatu sehingga usus keluar (dr. Christoffel SpOG (K) RSUPM, 2008). Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis gastroschisis terjadi seperti omphalocele. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya.(,2008 ,dr Redmal Sitorus).

B.  Epidemiologi / Insidens
Di Amerika Serikat, omphalokel yang kecil terjadi dengan rasio 1 kasus dalam 5.000 kelahiran. Omphalokel yang besar terjadi dengan rasio 1 kasus dalam 10.000 kelahiran. Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 1:1. Menurut catatan Dinas Kesehatan Bangka Belitung, dalam kurun waktu tiga bulan belakangan ini, setidaknya ada enam kasus kelahiran dengan usus terburai. Padahal, selama ini catatan medis memperlihatkan, angka kejadian kelainan dinding perut adalah sekali dalam tiap 200.000 kelahiran. Perempuan umur 40 tahun atau lebih cenderung melahirkan bayi dengan omphalokel. Angka kematian kelainan ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.

C.     Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa teori telah dipostulatkan, seperti :
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the body stalk selama gestasi 12 minggu.
2.Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan seperti :
·Infeksi dan penyakit pada ibu
·Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
·Kelainan genetic
·Defesiensi asam folat
·Hipoksia
·Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
·Asupan gizi yang tak seimbang
·Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.
D. Tanda dan Gejala
Terdapatnya usus dan organ perut lainnya yang menonjol keluar dinding perut di sekitar umbilicus. Lubang yang terbentuk bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.


E. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani R, 2001, patofisiologi dari omphalokel adalah:
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.
2.Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly.
3.Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4.Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5.Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen janin sempit.
6.Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
7. EmbriogenesisPada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir.Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.


2.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3.Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis. Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

G.    Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek dan protein.

H.    Komplikasi
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis
I.   Penatalaksanaan
a.  Medis
Tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan melindungi kantong omfalokel dengan cairan anti septik misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Setelah itu segera melaksanakan persiapan untuk merujuk ke Rumah Sakit untuk segera dilakukan pembedahan menutup omfalokel agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut.
b.  Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan jika menjumpai pasien anak/ bayi yang mengalami omfalokel, adalah merujuk. Kerena jika mengalami keterlambatan dalam merujuk maka akan mengalami cedera pada usus dan infeksi perut.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis.
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Hernia Diafragmatika merupakan penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma.

B.     Saran
Pemeriksaan pada masa kehamilan itu sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi pada  janin yang masih dalam rahim dan juga ketika saat lahir nanti,teutama penyakit yang mungkin di derita bayi pada saat lahir.
1.             OBSTRUKSI BILIARIS
a.    Bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).
b.    Bidan segera melakukan rujukan cepat untuk menghindari komplikasi.
2.             OMFALOKEL
a.    Bidan mengarahkan pada orang tua untuk memenuhi  nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek dan protein.
b.    Untuk pertolongan pertama melindungi kantong omfalokel dengan cairan anti septik misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar, lalu rujuk.


DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Infomedika.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LATIHAN SOAL KASUS ASKEB KEGAWATDARURATAN NEONATAL

LATIAN SOAL KASUS ASKEB GADAR KELOMPOK 1 (INDUKSI PERSALINAN) 1.       Ny. A umur 24 tahun hamil 39  minggu dating ke rumah sakit sud...