PENYULIT
& KOMPLOKASI MASA NIFAS & MENYUSUI
(MASALAH INFEKSI, MASALAH KB, GIZI,
TANDA BAHAYA, SENAM NIFAS, MENYUSUI)
Tugas
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
Dosen Pengampu : Astrina SST. MKes
Disusun
Oleh Kelompok 3:
Anna Widia 013042
Isti Maryana S 013056
Rizka Novita D 013068
Kelas :
11B
AKADEMI KEBIDANAN BOGOR HUSADA
JL.KH.Soleh Iskandar No.4
Telp. 0251 8333399 Fax 0251
8334141
e-mail :
www.akbidbogorhusadaplus.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi hamba Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui dengan
judul makalah “Penyulit & Komplikasi Masa Nifas & Menyusui”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah KIP/K dalam Pelayanan Kebidanan di program studi di Akademi
Kebidanan Bogor Husada Plus. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada
IbuAstrina, SST. MKes selaku dosen pembimbing mata kuliah ini dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Bogor,
November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………….………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang…………………………….….............................................................1
1.2 Rumusan Masalah…………….…………….……………….…………......................1
1.3 Tujuan Penulisan ………...………………….…………………………..…………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Masa Nifas dan
Infeksi Nifas…………........ ……...…………..………….....3
2.2 Masalah Infeksi Nifas………………….
……………………………………………..3
2.3 Masalah KB…………………………………………….……………………………..9
2.4 Masalah Gizi
………………………………………………………………………….11
2.5 Tanda Bahaya
…………………………………………………………………………11
2.6 Masalah
Senam………………………………………………………………………...12
2.7 Menyusui Bayi
………………………………………………………………………...13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….……16
3.2 Saran ……………………………………………………………………………….….16
DAFTAR PUSTAKA…………………………….…………………………………….....17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia saat ini banyak sekali
kematian ibu yang terjadi pada masa nifas. Oleh karena itu seorang bidan
dituntut untuk menguasai pengetahuan dan tehnologi supaya bidan dapat
mendeteksi secara dini adanya komplikasi pada masa nifas.
Asuhan
masa nifas sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayi nya. Dikatan kritis karena diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan, 60%
kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.
Dari itulah seorang bidan perlu
mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu infeksi nifas,bagaimana
penyebab terjadinya infeksinya,pencegahanya dan pegobatan dari infeksi nifas
tersebut. Hal ini ditujukan untuk terwujudnya persalinan yang aman asuhan nifas
yang higienis sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.
1.2 Rumusah Masalah
1.2.1. Apa definisi dari masa nifas dan infeksi
nifas?
1.2.2. Apa saja masalah
infeksi yang terjadi pada masa nifas?
1.2.3. Apa saja masalah
KB pada masa nifas?
1.2.4.Apa saja masalah gizi
pada masa nifas?
1.2.5.Apa saja tanda
bahaya pada masa nifas?
1.2.6.
Apa saja masalah senam nifas?
1.2.7.
Apa saja masalah menyusui pada masa nifas?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1. Agar mahasiswa
mengetahui mengenai definisi masa nifas dan infeksi nifas
1.3.2. Agar mahasiswa
mengetahui mengenai infeksi yang terjadi pada masa nifas
1.3.3. Agar mahasiswa
mengetahui mengenai masalah KB pada masa nifas
1.3.4. Agar mahasiswa
mengetahui mengenai masalah gizi pada masa nifas
1.3.5. Agar mahasiswa
mengetahui mengenai tanda bahaya masa nifas
1.3.6. Agar mahasiswa
mengetahui mengenai masalah senam nifas
1.3.7. Agar mahasiswa
mengetahui mengenai masalah menyusui pada masa nifas
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
Masa
nifas (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar, berakhir
ketika alat-alat kendungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Infeksi
nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan.
Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur
peroral sedikitnya 4 kali sehari.
2.2 Masalah Infeksi Nifas
1). Penyebab dan cara terjadinya
infeksi
a. Penyebab
infeksi nifas
Bermacam-macam
jalan kuman masuk kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari
luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari
jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal
jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
· Streptococcus
haemoliticus anaerobic
Masuknya
secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain)
· Staphylococcus
aureus
Masuknya
secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini
biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab
infeksi umum
· Escherichia
Coli
Sering
berasal dari kandung kemih dan rectum. Menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius.
· Clostridium
Welchii
Kuman
ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi
ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit
b. Cara
terjadinya infeksi nifas
Infeksi
dapat terjadi sebagai berikut:
· Tangan
pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau
operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan
lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukan kedalam jalan
lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
· Droplet
infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung dan tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya.oleh
karena itu hidung dan mulut petugas ditutup dengan masker dan penderita infeksi
saluran pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.
· Dalam
rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dari berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa
oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan
yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
· Koitus
pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
2).
Faktor Predisposis
a. Semua
keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan banyak, diabetes
preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi lain yaitu pneumonia, penyakit
jantung dan sebagainya.
b. Proses
persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan ketuban pecah
lama, korioamnionitis, persalinan traumatic, kurang baiknya proses pencegahan
infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
c. Tindakan
obstetric operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
d. Tertinggalnya
sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
e. Episiotomi
atau laserasi
3).
Macam-macam infeksi nifas
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi atau radang
pada endometrium (rahim), miometrium (otot rahim) yang dapat menjalar ke
jaringan parametrium. Umumnya penyebabnya infeksi pada saluran reproduksi
bagian bawah. Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks
atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis bisa juga disebabkan
oleh golongan streptococcus, staphylococcus, adakalanya basil tuberculosis dan
gonococcus.
Tanda
dan gejala endometritis antara lain :
· Peningkatan demam secara persisten
hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada keparahan infeksi.
· Takikardia
· Menggigil dengan infeksi berat
· Nyeri tekan uteri menyebar secara
lateral
· Nyeri panggul dengan pemeriksaan
bimanual
· Lokhia sedikit, tidak berbau atau
berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
· Hitung sel darah putih mungkin meningkat
di luar leukositisis puerperium fisiologis
· Perdarahan pervaginam
· Shock sepsis maupun hemoragik
· Abdomen distensi atau pembengkakan.
· Abnormal pendarahan vagina
· Discomfort dengan buang air besar
(sembelit mungkin terjadi)
· Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan
sakit (malaise)
Penatalaksanaan
Endometritis:
·
Antibiotika dan drainase yang memadai. Merupakan
pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada
pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi
serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.
·
Carian intravena dan elektrolit. Merupakan
terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien
yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien
diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
·
Transfuse darah. Dapat diindikasikan untuk
anemia berat post abortus atau postpartum.
·
Tirah baring dan analgesia. Merupakan terapi
pendukung yang banyak manfaatnya.
·
Tindakan bedah. Endometritis postpartum sering
disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi servik. Drainase
lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal
dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan hati-hati.
b. Peritonitis
Peritonitis adalah
inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi bakteri,
organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ-organ
reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000).
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat
patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat
dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire, muka penderita yang
mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.
Penatalaksanaan
peritonitis:
· Antibiotik
biasanya diberikan secara intravena, tetapi mereka juga dapat ditanamkan
langsung ke peritoneum. Pilihan empiris antibiotik spektrum luas sering terdiri
dari beberapa obat, dan harus ditujukan terhadap agen yang paling mungkin,
tergantung pada penyebab peritonitis (lihat di atas), satu kali satu atau lebih
agen yang benar-benar terisolasi, terapi tentu saja menjadi sasaran pada
mereka.
· Operasi
(laparotomi) diperlukan untuk melakukan eksplorasi penuh dan lavage dari peritoneum,
serta untuk memperbaiki kerusakan anatomi kotor yang mungkin telah menyebabkan
peritonitis.Pengecualian adalah peritonitis bakteri spontan, yang tidak selalu
mendapatkan manfaat dari operasi dan dapat diobati dengan antibiotik dalam
contoh pertama.
c. Sellulitis
pelvika (Parametritis)
Parametritis adalah peradangan pada parametrium (jaringan
ikat yang berdekatan dengan rahim). Parametritis
- peradangan lemak perimetric. Pencetus - lebih sering staphilococcus emas,
cukup sering asosiasi mikroorganisme. Infeksi dari rahim dan pelengkap meluas
pada cara limfatik. Terutama sering parametrites berkembang pada kombinasi dari
peradangan dan trauma dari berbagai departemen dari alat kelamin (setelah gagal
istirahat dari leher rahim, sebuah diathermocoagulation dari leher rahim, luka
operasional dari rahim atau pelengkap).
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu
yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari 1 minggu
disertai dengan rasa nyeri dikiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam.
Hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.
Pada perkembangan peradangan lebih
lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan
dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahan ini yang
berhubungan erat dengan lubang panggul, dapat meluas keberbagai jurusan.
Ditengah-tengah jaringan yang meradang itu bida tumbuh abses. Dalam hal ini
suhu yang mula-mula tinggi, secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan
menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat dan perut nyeri. Dalam dua
pertiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa
minggu. Tumor disebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit dan akhirnya
terdapat parametrium yang kaku.
Jika terjadi abses, nanah hrus
dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut
yang menyebabkan peritonitis, ke rectum atau ke kandung kencing.
4).
Pencegahan infeksi nifas
a. Masa
kehamilan
· Mengurangi
atau mencegah factor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
· Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalu tidak ada indikasi yang perlu.
· Koitus
pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati
karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah
masuk dalam jalan lahir.
b. Selama
persalinan
Usaha-usaha
pencegahan terdiri atas membatasi membatasi sebanyak mungkin masuknya
kuman-kuman dalam jalan lahir:
· Hindari
partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut.
· Menyelesaikan
persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
· Perlukaan-perlukaan
jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdomen dibersihkan,
dijahit sebaik-baiknya dengan menjaga sterilitas.
· Mencegah
terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfuse darah.
· Semua
petugas dalam kamarbersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, yang
menderita infeksi pernapasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
· Alat-alat
dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
· Hindari
pemeriksaan dalam berulang-ulang lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
c. Selama
nifas
· Luka-luka
dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
· Penderita
dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
· Pengunjung
dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
5).
Klasifikasi
1.
infeksi terbatas lokalisasinya pada
perineum, vulva, serviks dan endometrium.
2.
infeksi yang menyebar ke tempat lain
melalui pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium.
6).
Penanganan umum
1. Antisipasi
setiap kondisi (factor predisposisi dan dalam proses persalinan) yang dapat
berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2. Berikan
pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3. Lanjutkan
pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat
kehamilan ataupun persalinan.
4. Jangan
pulangkan penderita apabila masa nifas belum terlampaui.
5. Beri
catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri dirumah dan gejala-gejala
yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6. Lakukan
tindakan atau perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan. Berikan hidrasi oral/iv secukupnya.
2.3
Masalah KB
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa
nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon, harus
menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI. Pada ibu yang tidak
menyusui kadar estrogen mulai meningkat kembali pada minggu kedua setelah
melahirkan dan pada wanita yang menyusui peningkatan hormone estrogen tersebut
lebih tinggi.
Sehingga pada wanita yang tidak menyusui, ovulasi dan
kembalinya siklus menstruasi akan terjadi lebih cepat dari pada wanita yang
menyusui.
Namun demikian menyusui bukan merupakan metode kontrasepsi
yang efektif. Menstruasi biasanya terjadi pada 12 minggu postpartum, sedang
pada ibu yang menyusui dapat memperlambat datangnya siklus menstruasi.
Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan, masa
nifas adalah masa pemulihan. Tubuh akan berusaha kembali keadaan sebelum hamil.
Menjaga pola hidup sehat dapat membantu melewati masa transisi ini dengan
nyaman. Peran suami dan keluarga juga merupakan faktor yang penting.
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas
kesehatan dapat membantu merencanakan keluargannya dengan mengajarkan kepada
mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita
tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya
selama meneteki. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini
ialah 2% kehamilan.
Bidan perperan
menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang KB:
1. Idealnya
pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali
setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan keluarganya. Akan tetapi petugas kesehatan mampu merencanakan
keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.
2. Biasanya,
wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapat lagi haidnya
selama menyusui (amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenore laktasi
dapat digunakan sebelum haid pertama kali untuk mencegah terjadinya kehamilan
baru resiko menggunakan cara ini adalah 2% kehamilan.
3. Penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman. Terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4. Sebelum
menggunakan metode KB beberapa hal yang harus dijelaskan pada ibu antara lain:
· Bagaimana
dengan metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
· Kelebihan
dan kekurangannya
· Efek
samping
· Bagaimana
menggunkan metode ini?
· Kapan
metode ini dapat digunakan untuk wanita pasca bersalin dan menyusui?
2.4
Masalah Gizi
Bila status
gizinya kurang, maka zat nutrisi yang terdapat pada ASI juga kurang, dan proses
pertumbuhan serta pemeliharaan jaringan terutama untuk mengganti kerusakan
sel-sel pada genetalia interna dan ekterna akibat proses
kehamilan maupun persalinan juga mengalami gangguan, sehingga pengembalian
alat-alat kandungan menjadi terlambat. Status gizi yang kurang pada ibu pasca
salin, maka pertahanan tubuh akan jauh berkurang atau tidak ada sama sekali,
sehingga sistem pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri atas
kelompok infiltrate sel bulat, yang bermanfaat untuk mengadakan
pertahanan terhadap penyerbuan kuman-kuman, serta menghilangkan
jaringan-jaringan nekrotis tidak dapat berfungsi optimal. Keadaan ini
akan memudahkan terjadinya infeksi nifas dan menghambat involusi uterus.
Bidan berperan
dalam penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya selama masa nifas yang
materinya meliputi:
1. Mengkonsumsi
tambahan 5000 kalori setiap hari
2. Makanan
dengan diet berimbang untk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
3. Minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
setelah menyusui)
4. Tablet
zat besi bisa diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan
5. Minum
kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
2.5
Tanda Bahaya
Bidan berperan
dalam menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama masa nifas:
1. Lelah
dan sulit tidur
2. Adaya
tanda dan infeksi peurperalis (demam)
3. Nyeri/panas
sakit berkemih, nyeri abdomen
4. Sembelit,
hemoroid
5. Sakit
kepala terus-menerus, nyeri ulu hati dan edema
6. Lochea
berbau busuk, sangat banyak
7. Putting
susu pecah dan mamae banyak
8. Sulit
menyusui
9. Rabun
senja
2.6
Masalah Senam
Umumnya, para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan.
Sang ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri
(kembalinya rahim ke bentuk semula).
Salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah
persalinan adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah
melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan kontinyu.
Tujuan senam nifas ini di antaranya memperbaiki sirkulasi darah,
memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot
pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/ perut setelah hamil, memperbaiki
regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan
relaksasi otot-otot dasar panggul.
Program senam nifas dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga
yang sulit. Dimulai dengan mengulang tiap 5 gerakan. Setiap hari ditingkatkan
sampai 10 kali. Adapun gerakan-gerakannya sebagai berikut:
·
Hari pertama,
ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian napas dikeluarkan melalui
mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang.
·
Hari kedua,
tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan ke muka
badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping.
·
Hari ketiga,
berbaring dengan posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan pantat
kemudian diturunkan kembali.
·
Hari keempat,
tidur terlentang, lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat.
·
Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat
kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya.
·
Hari keenam,
tidur terlentang, kaki lurus, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara
bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.
·
Hari ketujuh,
tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar
secara bergantian.
·
Hari 8, 9, 10,
tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk
kemudian bangun untuk duduk (sit up
2.7
Menyusui Bayi
1. Sindrom ASI kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang.
Tanda-tanda yang “mungkin saja” ASI benar-benar kurang antara lain :
1) Bayi tidak puas
setiap setelah menyusui, sering sekali menyusu dengan waktu yang sangat lama.
Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang
padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
2) Bayi sering
menangis atau bayi menolak menyusu.
3) Tinja bayi
keras, keringat atau berwarna hijau.
4) Payudara tidak
membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak ‘datang’, pasca
lahir.
Walaupun ada tanda-tanda tersebut diperiksa apakah
tanda-tanda tersebut dapat dipercaya.
Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain :
1) BB (berat
badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500gram perbulan.
2) BB lahir dalam
waktu 2 minggu belum kembali.
3) Ngompol
rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna
kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama
dicari pada ke 4 kelompok factor penyebab :
1) Faktor teknik
menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai meliputi : masalah frekuensi,
perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain.
2) Faktor
psikologis, juga sering terjadi
3) Faktor fisik
ibu (jarang) meliputi KB, kontrasepsi, diuretic, hamil, merokok, kurang gizi.
4) Sangat jarang
adalah faktor kondisi bayi, misalnya penyakit, abnormalitas dan lain-lain.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI
meningkat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan
tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih,
misalnya pada relaksi, maka bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI
dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya
yang ditempelkan pada putting untuk diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan
dengan ASI, atau formula.
2. Ibu yang
bekerja
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti
menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui
yang bekerja :
1) Susuilah bayi
sebelum ibu bekerja.
2) ASI dikeluarkan
untuk persediaan dirumah sebelum berangkat bekerja.
3) Pengosongan
payudara ditempat kerja setiap 3-4 jam.
4) ASI dapat
disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja
dengan cangkir.
5) Pada saat ibu
dirumah sesering mungkin bayi disusui dan ganti jadwal menyusuinya sehingga
banyak menyusui di malam hari.
6) Keterampilan
mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah mulai dipraktekkan
sejak satu bulann sebelum kembali bekerja.
7) Minum dan makan
makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama menyusui bayinya
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Periode pasca
persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara
fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi pada masa nifas antara
lain Infeksi pada masa nifas,
masalah KB, masalah gizi, tanda bahaya, senam nifas, menyusui dll.
Cara penanganan
untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan tingkat
kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi. Petugas kesehatan wajib
berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa nifas, karena
masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang berakibat
pada kematian.
Dalam
penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan harus
melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan
kesejahteraan maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban bidan dalam bidang yang sesuai dengan
profesinya sebagai tenaga kesehatan.
3.2. Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami
masalah komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan
salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya
nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam
kehidupan secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho,
DKK. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
(Askeb 3). Nuha Medika. Yogyakarta:
2014
Saleha,
siti. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Salemba
Medika. Jakarta: 2009
http://kebidananfk2010.blogspot.com/2012/01/askeb-iii.html
(diakses 20/11/2014 pukul 10:30)
http://seohwanheefls.wordpress.com/category/askeb-iii-nifas/
(diakses 20/11/2014 pukul 10:55)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar