Sabtu, 31 Maret 2018

MAKALAH PENYULIT & KOMPLOKASI MASA NIFAS & MENYUSUI


PENYULIT & KOMPLOKASI MASA NIFAS & MENYUSUI 
(MASALAH INFEKSI, MASALAH KB, GIZI, TANDA BAHAYA, SENAM NIFAS, MENYUSUI)
Tugas Mata Kuliah                 : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui    
Dosen Pengampu                    : Astrina SST. MKes







Disusun Oleh Kelompok 3:
Anna Widia          013042
Isti Maryana S      013056
Rizka Novita D     013068
Kelas         : 11B


AKADEMI KEBIDANAN BOGOR HUSADA
JL.KH.Soleh Iskandar No.4
Telp. 0251 8333399 Fax 0251 8334141
e-mail : www.akbidbogorhusadaplus.ac.id



KATA PENGANTAR
           
Segala puji bagi hamba Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan mata  kuliah Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui dengan judul makalah “Penyulit & Komplikasi Masa Nifas & Menyusui”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
            Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah KIP/K dalam Pelayanan Kebidanan di program studi di Akademi Kebidanan Bogor Husada Plus. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada IbuAstrina, SST. MKes selaku dosen pembimbing mata kuliah ini dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
            Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


                                                                                                Bogor, November 2014

                                                                                                            Penulis




DAFTAR ISI


KATAPENGANTAR……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………….………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………………………….….............................................................1
1.2  Rumusan Masalah…………….…………….……………….…………......................1
1.3 Tujuan Penulisan ………...………………….…………………………..…………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Masa Nifas dan Infeksi Nifas…………........ ……...…………..………….....3
2.2 Masalah Infeksi Nifas…………………. ……………………………………………..3
2.3 Masalah KB…………………………………………….……………………………..9
2.4 Masalah Gizi ………………………………………………………………………….11
2.5 Tanda Bahaya …………………………………………………………………………11
2.6 Masalah Senam………………………………………………………………………...12
2.7 Menyusui Bayi ………………………………………………………………………...13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….……16
3.2 Saran ……………………………………………………………………………….….16
DAFTAR PUSTAKA…………………………….…………………………………….....17


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di Indonesia saat ini banyak sekali kematian ibu yang terjadi pada masa nifas. Oleh karena itu seorang bidan dituntut untuk menguasai pengetahuan dan tehnologi supaya bidan dapat mendeteksi secara dini adanya komplikasi pada masa nifas.
Asuhan masa nifas sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi nya. Dikatan kritis karena diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan, 60% kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu infeksi nifas,bagaimana penyebab terjadinya infeksinya,pencegahanya dan pegobatan dari infeksi nifas tersebut. Hal ini ditujukan untuk terwujudnya persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.

1.2  Rumusah Masalah
1.2.1.  Apa definisi dari masa nifas dan infeksi nifas?
1.2.2. Apa saja masalah infeksi yang terjadi pada masa nifas?
1.2.3. Apa saja masalah KB pada masa nifas?
1.2.4.Apa saja masalah gizi pada masa nifas?
1.2.5.Apa saja tanda bahaya pada masa nifas?
1.2.6. Apa saja masalah senam nifas?
1.2.7. Apa saja masalah menyusui pada masa nifas?


1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1. Agar mahasiswa mengetahui mengenai definisi masa nifas dan infeksi nifas
1.3.2. Agar mahasiswa mengetahui mengenai infeksi yang terjadi pada masa nifas
1.3.3. Agar mahasiswa mengetahui mengenai masalah KB pada masa nifas
1.3.4. Agar mahasiswa mengetahui mengenai masalah gizi pada masa nifas
1.3.5. Agar mahasiswa mengetahui mengenai tanda bahaya masa nifas
1.3.6. Agar mahasiswa mengetahui mengenai masalah senam nifas
1.3.7. Agar mahasiswa mengetahui mengenai masalah menyusui pada masa nifas













BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar, berakhir ketika alat-alat kendungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari.

2.2 Masalah Infeksi Nifas
            1). Penyebab dan cara terjadinya infeksi
a.      Penyebab infeksi nifas
Bermacam-macam jalan kuman masuk kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
·       Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain)
·       Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum
·       Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum. Menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
·       Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit

b.     Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
·       Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukan kedalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
·       Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung dan tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya.oleh karena itu hidung dan mulut petugas ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.
·       Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dari berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
·       Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
2). Faktor Predisposis
a.      Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan banyak, diabetes preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
b.     Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatic, kurang baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
c.      Tindakan obstetric operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
d.     Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
e.      Episiotomi atau laserasi
3). Macam-macam infeksi nifas
a.      Endometritis
Endometritis adalah infeksi atau radang pada endometrium (rahim), miometrium (otot rahim) yang dapat menjalar ke jaringan parametrium. Umumnya penyebabnya infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah. Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis bisa juga disebabkan oleh golongan streptococcus, staphylococcus, adakalanya basil tuberculosis dan gonococcus.
Tanda dan gejala endometritis antara lain :
·       Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada keparahan infeksi.
·       Takikardia
·       Menggigil dengan infeksi berat
·       Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
·       Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
·       Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
·       Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium fisiologis
·       Perdarahan pervaginam
·       Shock sepsis maupun hemoragik
·       Abdomen distensi atau pembengkakan.
·       Abnormal pendarahan vagina
·       Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
·       Terjadi  ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
Penatalaksanaan Endometritis:
·       Antibiotika dan drainase yang memadai. Merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.
·       Carian intravena dan elektrolit. Merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
·       Transfuse darah. Dapat diindikasikan untuk anemia berat post abortus atau postpartum.
·       Tirah baring dan analgesia. Merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
·       Tindakan bedah. Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi servik. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan hati-hati.
b.     Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi bakteri, organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ-organ reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000). Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire, muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.
Penatalaksanaan peritonitis:
·       Antibiotik biasanya diberikan secara intravena, tetapi mereka juga dapat ditanamkan langsung ke peritoneum. Pilihan empiris antibiotik spektrum luas sering terdiri dari beberapa obat, dan harus ditujukan terhadap agen yang paling mungkin, tergantung pada penyebab peritonitis (lihat di atas), satu kali satu atau lebih agen yang benar-benar terisolasi, terapi tentu saja menjadi sasaran pada mereka.
·       Operasi (laparotomi) diperlukan untuk melakukan eksplorasi penuh dan lavage dari peritoneum, serta untuk memperbaiki kerusakan anatomi kotor yang mungkin telah menyebabkan peritonitis.Pengecualian adalah peritonitis bakteri spontan, yang tidak selalu mendapatkan manfaat dari operasi dan dapat diobati dengan antibiotik dalam contoh pertama.

c.      Sellulitis pelvika (Parametritis)
Parametritis adalah peradangan pada parametrium (jaringan ikat yang berdekatan dengan rahim). Parametritis - peradangan lemak perimetric. Pencetus - lebih sering staphilococcus emas, cukup sering asosiasi mikroorganisme. Infeksi dari rahim dan pelengkap meluas pada cara limfatik. Terutama sering parametrites berkembang pada kombinasi dari peradangan dan trauma dari berbagai departemen dari alat kelamin (setelah gagal istirahat dari leher rahim, sebuah diathermocoagulation dari leher rahim, luka operasional dari rahim atau pelengkap).
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari 1 minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam. Hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.
            Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahan ini yang berhubungan erat dengan lubang panggul, dapat meluas keberbagai jurusan. Ditengah-tengah jaringan yang meradang itu bida tumbuh abses. Dalam hal ini suhu yang mula-mula tinggi, secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat dan perut nyeri. Dalam dua pertiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor disebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku.
            Jika terjadi abses, nanah hrus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rectum atau ke kandung kencing.
4). Pencegahan infeksi nifas
a.      Masa kehamilan
·       Mengurangi atau mencegah factor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
·       Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalu tidak ada indikasi yang perlu.
·       Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b.     Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir:
·       Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
·       Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
·       Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdomen dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dengan menjaga sterilitas.
·       Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfuse darah.
·       Semua petugas dalam kamarbersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi pernapasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
·       Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
·       Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
c.      Selama nifas
·       Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
·       Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
·       Pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
5). Klasifikasi
1.   infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium.
2.   infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium.
6). Penanganan umum
1.     Antisipasi setiap kondisi (factor predisposisi dan dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2.     Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3.     Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4.     Jangan pulangkan penderita apabila masa nifas belum terlampaui.
5.     Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri dirumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6.     Lakukan tindakan atau perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Berikan hidrasi oral/iv secukupnya.

2.3 Masalah KB
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon, harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI. Pada ibu yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat kembali pada minggu kedua setelah melahirkan dan pada wanita yang menyusui peningkatan hormone estrogen tersebut lebih tinggi.
Sehingga pada wanita yang tidak  menyusui, ovulasi dan kembalinya siklus menstruasi akan terjadi lebih cepat dari pada wanita yang menyusui.
Namun demikian menyusui bukan merupakan metode kontrasepsi yang efektif. Menstruasi biasanya terjadi pada 12 minggu postpartum, sedang pada ibu yang menyusui dapat memperlambat datangnya siklus menstruasi.
Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan, masa nifas adalah masa pemulihan. Tubuh akan berusaha kembali keadaan sebelum hamil. Menjaga pola hidup sehat dapat membantu melewati masa transisi ini dengan nyaman. Peran suami dan keluarga juga merupakan faktor yang penting.
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluargannya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini ialah 2% kehamilan.
Bidan perperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang KB:
1.     Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. Akan tetapi petugas kesehatan mampu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
2.     Biasanya, wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapat lagi haidnya selama menyusui (amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru resiko menggunakan cara ini adalah 2% kehamilan.
3.     Penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman. Terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4.     Sebelum menggunakan metode KB beberapa hal yang harus dijelaskan pada ibu antara lain:
·       Bagaimana dengan metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
·       Kelebihan dan kekurangannya
·       Efek samping
·       Bagaimana menggunkan metode ini?
·       Kapan metode ini dapat digunakan untuk wanita pasca bersalin dan menyusui?

2.4 Masalah Gizi
Bila status gizinya kurang, maka zat nutrisi yang terdapat pada ASI juga kurang, dan proses pertumbuhan serta pemeliharaan jaringan terutama untuk mengganti kerusakan sel-sel pada genetalia interna dan ekterna akibat proses kehamilan maupun persalinan juga mengalami gangguan, sehingga pengembalian alat-alat kandungan menjadi terlambat. Status gizi yang kurang pada ibu pasca salin, maka pertahanan tubuh akan jauh berkurang atau tidak ada sama sekali, sehingga sistem pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri atas kelompok infiltrate sel bulat, yang bermanfaat untuk mengadakan pertahanan terhadap penyerbuan kuman-kuman, serta menghilangkan jaringan-jaringan nekrotis tidak dapat berfungsi optimal. Keadaan ini akan memudahkan terjadinya infeksi nifas dan menghambat involusi uterus.
Bidan berperan dalam penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya selama masa nifas yang materinya meliputi:
1.     Mengkonsumsi tambahan 5000 kalori setiap hari
2.     Makanan dengan diet berimbang untk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
3.     Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali setelah menyusui)
4.     Tablet zat besi bisa diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
5.     Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI

2.5 Tanda Bahaya
Bidan berperan dalam menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama masa nifas:
1.     Lelah dan sulit tidur
2.     Adaya tanda dan infeksi peurperalis (demam)
3.     Nyeri/panas sakit berkemih, nyeri abdomen
4.     Sembelit, hemoroid
5.     Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati dan edema
6.     Lochea berbau busuk, sangat banyak
7.     Putting susu pecah dan mamae banyak
8.     Sulit menyusui
9.     Rabun senja

2.6 Masalah Senam
Umumnya, para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan. Sang ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk semula).
Salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah persalinan adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu.
Tujuan senam nifas ini di antaranya memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/ perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
Program senam nifas dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang sulit. Dimulai dengan mengulang tiap 5 gerakan. Setiap hari ditingkatkan sampai 10 kali. Adapun gerakan-gerakannya sebagai berikut:
·       Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang.
·       Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping.
·       Hari ketiga, berbaring dengan posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan pantat kemudian diturunkan kembali.
·       Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat.
·       Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya.
·       Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.
·       Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian.
·       Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk (sit up

2.7 Menyusui Bayi
1.    Sindrom ASI kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang “mungkin saja” ASI benar-benar kurang antara lain :
1)    Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering sekali menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
2)    Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu.
3)    Tinja bayi keras, keringat atau berwarna hijau.
4)    Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak ‘datang’, pasca lahir.
Walaupun ada tanda-tanda tersebut diperiksa apakah tanda-tanda tersebut dapat dipercaya.
Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain :
1)    BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500gram perbulan.
2)    BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
3)    Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada ke 4 kelompok factor penyebab :
1)    Faktor teknik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai meliputi : masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain.
2)    Faktor psikologis, juga sering terjadi
3)    Faktor fisik ibu (jarang) meliputi KB, kontrasepsi, diuretic, hamil, merokok, kurang gizi.
4)    Sangat jarang adalah faktor kondisi bayi, misalnya penyakit, abnormalitas dan lain-lain.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaksi, maka bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada putting untuk diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI, atau formula.
2.    Ibu yang bekerja
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja :
1)    Susuilah bayi sebelum ibu bekerja.
2)    ASI dikeluarkan untuk persediaan dirumah sebelum berangkat bekerja.
3)    Pengosongan payudara ditempat kerja setiap 3-4 jam.
4)    ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja dengan cangkir.
5)    Pada saat ibu dirumah sesering mungkin bayi disusui dan ganti jadwal menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari.
6)    Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu bulann sebelum kembali bekerja.
7)    Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama menyusui bayinya














BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi pada masa nifas antara lain Infeksi pada masa nifas, masalah KB, masalah gizi, tanda bahaya, senam nifas, menyusui dll.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi. Petugas kesehatan wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa nifas, karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang berakibat pada kematian.
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan harus melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan kesejahteraan maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban bidan dalam bidang yang sesuai dengan profesinya sebagai tenaga kesehatan.

3.2.  Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata.







DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, DKK. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3). Nuha Medika. Yogyakarta:
2014
Saleha, siti. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Salemba Medika. Jakarta: 2009
http://seohwanheefls.wordpress.com/category/askeb-iii-nifas/ (diakses 20/11/2014 pukul 10:55)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LATIHAN SOAL KASUS ASKEB KEGAWATDARURATAN NEONATAL

LATIAN SOAL KASUS ASKEB GADAR KELOMPOK 1 (INDUKSI PERSALINAN) 1.       Ny. A umur 24 tahun hamil 39  minggu dating ke rumah sakit sud...